Rabu, 20 Juli 2011

Emas sentuh harga tertingginya

Investor berpaling pada emas karena hilang kepercayaan pada mata uang AS dan Eropa. Harga emas meroket diatas US$1.600 (atau setara dengan Rp 13,7 juta) per ons untuk pertama kalinya akibat makin tak menentunya situasi ekonomi dunia di tengah krisis utang AS dan Eropa.

Harga logam mulia ini naik US$12,3 dan akhirnya berada di posisi US$1.602 per ons di pasar logam mulia London.

Kenaikan harga jual emas hari Senin (18/7) tersebut menandai rekor baru penjualan emas setelah berturut-turut selalu naik selama 11 hari.

Emas dipandang sebagai bentuk investasi yang paling aman terutama di tengah situasi ekonomi dunia yang tak menentu.


Harga perak ikut meroket, naik lebih dari 3% dalam dua bulan terakhir, kini berada di posisi US$40 (Rp342 ribu) per ons.

"Emas menorehkan titik (harga) tertingginya yang baru... pada US$1.600 karena inevestor kehilangan kepercayaan pada kemampuan para politisi mengatasi masalah utang yang membuat sentimen anjlok," kata Michael Hewson dari kelompok perusahaan perdagangan CMC Markets.

"Kelihatannya (harga) masih akan naik lagi ," tambah Hewson.

Harga emas di titik tertinggi ini dicapai hampir bersamaan dengan jadwal pertemuan puncak pimpinan zona ekonomi Eropa yang akan bertemu Kamis lusa, di Brussels dimana sekali lagi mereka akan memeras otak mencari jalan keluar mengatasi krisis utang sejumlah negara.

Para investor khawatir Yunani mungkin akan dinyatakan tak mampu membayar utang, dan negara lain seperti Spanyold an Italia yang juga mengalami kesulitan dengan utangnya akan ikut terbelit krisis lebih dalam.

Sementara saat yang sama di AS, para politisi dari dua kubu juga bergelut keras dengan upaya untuk mencari kesepakatan terkait upaya pengurangan defisit untuk menghindari terjadinya situasi gagal bayar (default) sebelum tanggal 2 Agustus.