Jumat, 01 April 2011

Emas — Obat Manjur bagi Penyakit Ekonomi



Logam mulia, khususnya emas, telah menjadi obat manjur untuk penyakit ekonomi bagi investor di seluruh dunia, dengan banyak orang menimbun emas. Para investor membeli emas dan logam mulia lainnya untuk mengantisipasi dampak inflasi, ketidak pastian pasar, dan kekhawatiran kegagalan pasar saham.

“Setiap investor pasar saham harus jeli dalam menyeimbangkan risiko pasar dengan logam mulia sebenarnya dan bukan hanya saham emas, seperti halnya semua saham, yang memiliki risiko usaha maupun risiko pasar (dan bisa sangat mudah sekali bergejolak),” saran Monex, sebuah perusahaan investasi, di situsnya.

Selera investor mengarah pada logam mulia, khususnya emas, telah meningkat karena nilai dari logam tersebut telah naik secara substansial sejak Januari 1971, ketika satu ons emas berharga 38 dolar AS, satu ons platina berharga 109,50 dolar, satu ons paladium berharga 35,04 dolar, dan satu ons perak, 1,394 dolar kurang dari 2 dolar.

Meskipun demikian, itu tidak dapat dikatakan bahwa harga logam mulia tidak mengalami kenaikan atau penurunan sepanjang tahun.Harga emas mencapai yang tertinggi di kisaran 612,56 dolar AS pada 1980. Pada titik itu, penurunan ke bawah terjadi dengan sendirinya, dengan sedikit naik dan turun selama bertahun-tahun, hingga mencapai angka 246 dolar AS pada Oktober 1998. Lonjakan terakhir terjadi pada Oktober 2006, setelah penurunan mencapai titik terendah. 

“Harga emas naik dalam sepuluh tahun berturut-turut, didorong oleh pemulihan di sektor-sektor utama permintaan dan ketidakpastian ekonomi global yang berkelanjutan,” demikian yang disimpulkan oleh World Gold Council dalam laporannya baru-baru ini.

Harga emas melonjak sebesar 29 persen tahun lalu, mencapai 1,405 dolar AS per ouns pada akhir 2010. World Gold Council memberi kesan bahwa harga emas meningkat bukan hanya karena kekuatan inflasi tetapi juga terpompa oleh desakan India dan Tiongkok yang ingin memasuki pasar emas.

Laporan World Gold Council baru-baru ini menyatakan, “Bukan hanya nilai emas yang kuat, namun juga volatilitasnya tetap rendah, sehingga menyediakan landasan bagi portofolio yang terdiversifikasi dengan baik.” 

Rebutan Menimbun Emas
Pada 2010, permintaan emas meningkat sebesar 9 persen selama 2009, mencapai yang tertinggi dalam 10 tahun sebesar 3,912.2 ton, menurut World Gold Council.

“Keadaan ini terutama disebabkan kuatnya permintaan akan perhiasan, bangkitnya pasar India dan momentum kuat akan permintaan emas Tiongkok, dan pergeseran paradigma di sektor resmi, di mana bank sentral menjadi jaringan pembeli emas untuk pertama kalinya dalam 21 tahun,” dilaporkan World Gold Council.

Bank-bank sentral telah mendorong emas ke pasar selama lebih dari 20 tahun. Kecenderungan ini berbalik ketika bank-bank sentral, termasuk Mauritius, Sri Lanka, Kazakhstan, dan Filipina, meningkatkan pembelian emas mereka. Pembeli terbesar termasuk India, Rusia, dan Tiongkok.

Tingginya Permintaan Emas
Yang paling bernafsu pada emas, adalah India dan Tiongkok. India membeli 746 ton, meningkat 69 persen dibanding 2009, dan Tiongkok daratan membeli 400 ton emas dalam bentuk perhiasan. Pada 2010, Tiongkok daratan membeli 179,9 ton emas dalam bentuk batangan dan koin, meningkat 70 persen dibandingkan 2009. Tiongkok menampung pasar emas dengan mendapatkan 25 persen dari produksi emas dunia.

“Pertumbuhan sektor ini didominasi oleh Tiongkok, di mana investor terus menuntut akan emas batangan dan koin,” seperti yang dilaporkan World Gold Council. ICBC (Industrial Bank of China) menerbitkan rencana akumulasi emas, yang menyebabkan menumpuknya 11,5 ton emas selama 2010.

“Untuk satu hal Tiongkok adalah produsen terbesar emas. Sehingga, ia memiliki pasokan emas domestik sendiri, “seperti yang tertulis dalam artikel baru-baru ini di situs Investasi Oxstone Club.

Berspekulasi tentang niat warga Tionghoa, Oxstone mengatakan, “Mungkin orang Tionghoa lebih cenderung memanfaatkan tabungan mereka dalam jumlah yang jauh lebih besar untuk membeli emas, daripada meningkatkan kebutuhan sehari-hari. Atau angka resmi kekayaan Tiongkok tidak diungkapkan dengan sebenarnya.”

Berita Ekonomi yang menarik
Teori ekonomi beranggapan, dan realita membuktikan, bahwa teori ini benar berbicara tentang emas, investor akan menjual emas ketika harga emas tinggi.

“Karena melepas emas dilakukan secara bersamaan oleh sejumlah besar investor — harga akan anjlok hingga titik terendah,” seperti yang dirasionalisasikan artikel di situs kursDinar. Hal sebaliknya terjadi ketika harga emas mencapai ambang rendah. Sejumlah besar investor akan mengumpulkan emas dan harga naik karena pasokan menipis.

“Sementara emas secara historis merupakan bagian integral dari pasar keuangan, perlu dicatat mengenai maraknya tren di antara lembaga keuangan, untuk menggunakan emas sebagai jaminan di banyak transaksi dan pinjaman surat berharga,” kesimpulan World Gold Council baru-baru ini laporan.

Peringatan Bagi Investor
“Bahkan dengan apresiasi harga emas baru-baru ini dan krisis keuangan yang menghantam pasar saham, besarnya modal kerja...mengungguli emas...dengan sejumlah besar margin sejak 1987. Dan itu bahkan tidak dapat diperhitungkan bahwa saham bisa mendapatkan dividen, sementara menyimpan emas dapat dikenakan biaya dalam bentuk penyimpanan dan / atau biaya asuransi,” saran sebuah artikel di situs Seeking Alpha.

Pergolakan ekonomi menjungkir balikkan pasar uang, tapi pada saat bersamaan memiliki dampak positif pada harga dan permintaan emas. Namun, tren terakhir menunjukkan bahwa harga emas dapat turun secara signifikan dan penimbun emas akan merugi, setidaknya dalam jangka pendek.

Pemerintah bisa memutuskan untuk menyita emas yang dimiliki warganya. Pada 5 April 1933, Presiden Franklin D. Roosevelt menyita semua emas yang dimiliki rakyat umum dan melarang penimbunan emas, seperti emas koin, emas batangan, dan sertifikat emas.

“Pemerintah AS memiliki wewenang untuk melarang kepemilikan koin emas dan perak pribadi dan emas lantakan oleh warga negara AS selama masa perang, dan selama dinyatakan sebagai dalam keadaan darurat, membekukan kepemilikan saham perusahaan pertambangan, Departemen Keuangan telah mengatakan kepada Gold Anti-Trust Action Committee,” sperti yang diterbitkan oleh situs USA GOLD dalam keterangan persnya pada 2005.  (Heide B. Malhotra / The Epoch Times / val)